Cara menegur bawahan yang sopan

Vikka Style, Kalimat yang keluar dari figur berwewenang, seperti manajer atau bos biasanya cukup berdampak. "Karena itu, sebaiknya kita berhati-hati memilih kata," ujar Darlene Price, penulis buku Well Said! Presentations and Conversations That Get Results dilansir Business Insider.

Hal ini tidak hanya berlaku saat evaluasi kinerja. Melainkan dalam kehidupan bekerja sehari-hari, juga saat bawahan membuat kesalahan dan perlu diberi peringatan.

  • Jangan menyerang secara personal. Bahas masalah dengan spesifik. Apa kesalahan yang mereka buat. Tak perlu menghina bawahan hanya karena Anda marah.
  • Waktu terbaik untuk menegur anak buah adalah sesaat setelah kesalahan itu terjadi. Tak perlu menunda hingga kesalahannya menumpuk. Karena teguran Anda bisa jadi tidak efektif dan kurang berdampak pada perbaikan sikap bawahan.
  • Tak perlu mengancam bawahan, apalagi sampai menimbulkan rasa takut. Bicaralah dengan tegas dan langsung pada pokok pembicaraan.
  • Menurut Blanchard, telitilah sebelum Anda memberi teguran.

Tanya pada diri sendiri "Apakah seharusnya ia tahu yang harus dilakukan?" Kalau jawabannya "Tidak" berarti bawahan Anda belum familier dengan tanggung jawab atau tugasnya.

Jika demikian, maka sebaiknya Anda tidak menegur yang bersangkutan. Teguran bagi pemula dapat membuatnya berkecil hati. Dalam kasus ini, tugas Anda sebagai manajer adalah membantu mengarahkan bawahan yang menghadapi masalah.

Seumpama jawaban atas pertanyaan di atas tadi adalah Ya, maka ada pertanyaan lanjutan. "Apakah mereka sengaja membuat kesalahan itu, atau semata-mata karena kurang percaya diri saja?"

Kalau masalahnya pada kurang percaya diri, tak perlu menegurnya. Namun Anda perlu menjelaskan sebab dari kesalahan dan membantunya mengusut penyebabnya. Bisa jadi anak buah Anda membutuhkan pelatihan tambahan.

Ingatlah untuk hanya menegur perilaku yang disengaja, dan kinerja yang mengalami kemunduran.

Masukan dari Forbes juga layak dipraktikkan.

Atasan yang baik tidak menegur karyawannya di depan umum. Jika teguran atau kritik yang membangun diperlukan, ia akan memberikannya sesekali saja.

Itu pun dilakukan secara pribadi dalam waktu khusus berdua, dan dengan sikap bijak.

Dengan mengizinkan karyawan membuat kesalahan, sebenarnya kita belajar jadi atasan baik. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari target meleset dan rencana yang berjalan tak sesuai harapan.

Sebagai atasan kita perlu belajar mendengar. Jika bawahan memberi umpan balik, pertimbangkan pemikiran mereka masak-masak dengan pikiran terbuka.

Niscaya, sebagai atasan kita akan mendapat anak buah yang loyal, karena merasa dilibatkan dalam berbagai hal. Mulai dari pembuatan keputusan, kebijakan, perencanaan, dan lain sebagainya.

Alhasil, mereka menikmati kerja dengan baik dan berkontribusi untuk perusahaan.

Comments

Popular posts from this blog

Philosophy of Borobudur

Mengajari bayi makan sendiri

Cegah bau apek pada pakaian saat musim hujan