80% Orang di kota besar menghirup udara mematikan


Polusi udara yang menghantui banyak kota di dunia mulai mengkhawatirkan. Bahkan level polusi udara di sejumlah kota Tiongkok mulai sampai ke titik ekstrim sehingga harus membatasi jumlah kendaraan yang berkeliaran. Data terbaru Badan Kesehatan PBB (WHO) menyatakan sedikitnya 80 persen orang kota menghirup udara tercemar.

Dalam laporan tersebut, WHO mengatakan mayoritas populasi manusia di 98 persen kota di negara berpenghasilan rendah terkena dampak paling besar. Kota jenis itu berpenduduk lebih dari 100 ribu jiwa dan tidak memenuhi pedoman kualitas udara.

Sedangkan di sejumlah negara berpenghasilan tinggi, angkanya mencapai 56 persen. Hanya dua persen kota yang ada di negara miskin dan 44 persen kota di negara kaya yang bisa memenuhi batas aman kualitas udara.

Laporan yang meliputi 3.000 kota di 103 negara dunia ini menjaring dua kali lipat peningkatan jumlah data dalam periode dua tahun terakhir. Dibanding 2014, peningkatan polusi udara secara global mencapai delapan persen.

Penurunan kualitas udara perkotaan berdampak langsung pada kesehatan penduduk. Masyarakat rentan pada risiko penyakit stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru kronis dan penyakit pernafasan akut --termasuk asma.

"Ketika udara kotor menyelimuti kota kami, populasi yang paling rentan terkena dampak adalah yang termuda, tertua, dan paling miskin," kata Dr Flavia Bustreo, Assistant-Director General for Family, Women and Children's Health WHO.

WHO kemudian membandingkan data dari 795 kota di 67 negara untuk pemantauan partikel kecil dan halus selama periode 2008-2013 -- terutama kategori PM10 dan PM2.5. Basis data WHO terbaru menunjukkan bahwa tingkat polusi partikel ultra-halus kurang dari 2,5 mikron (PM2.5) dan tertinggi ada di India yang 16 kotanya masuk daftar 30 kota paling tercemar di dunia.

Lebih lanjut studi ini menemukan fakta bahwa kematian yang disebabkan partikel sulfat, nitrat dan karbon hitam bisa dikurangi sebesar 15 persen dengan mengurangi polusi udara. Partikel tersebut dapat masuk ke tubuh manusia melalui pernafasan lalu menyerang paru-paru dan sistem peredaran darah.

Beberapa area di Eropa dan Amerika Utara tergolong berhasil dalam usaha penurunan polusi udara. Tiongkok juga telah berhasil memperbaiki kualitas udaranya sejak 2011. Namun untuk negara-negara Asia Tenggara justru terjadi sebaliknya, demikian warta The Guardian, 12 Mei 2016.

Adapun Indonesia hanya diwakili Bandung pada survei WHO. Membandingkannya pun sulit lantaran kota di Indonesia tak masuk survei sebelumnya.

Beberapa penyebab kualitas buruk udara adalah penggunaan bahan bakar yang berlebihan, keberadaan pembangkit listrik, dan tentu saja industri berat.

Dalam jurnal keluaran Nature, polusi udara menyebabkan lebih dari tiga juta kematian per tahun di dunia. Angka tersebut melebihi jumlah kematian yang disebabkan oleh malaria dan HIV/AIDS. Sekarang polusi udara menjadi pembunuh terbesar di dunia.

Berikut adalah 10 kota dengan tingkat polusi terparah di dunia menurut WHO:

  1. Zabol, Iran.
  2. Gwalior, India.
  3. Allahabad, India.
  4. Riyadh, Saudi Arabia.
  5. Jubail, Saudi Arabia.
  6. Patna, India.
  7. Raipur, India.
  8. Bamenda, Kamerun.
  9. Xingtai, Tiongkok.
  10. Baoding, Tiongkok.

Comments

Popular posts from this blog

Philosophy of Borobudur

Mengajari bayi makan sendiri

Cegah bau apek pada pakaian saat musim hujan