Sampah plastik diprediksi penuhi lautan pada 2050

Vikka Style, Selama ini plastik menjadi salah satu bahan yang paling populer di dunia. Penggunaannya telah meningkat 20 kali lipat dalam 50 tahun terakhir ini dan diprediksi akan meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 20 tahun ke depan.

Seperti yang diwartakan CNN, Selasa (19/1/2016), World Economic Forum (WEF) dalam laporan bertajuk The New Plastics Economy: Rethinking the Future of Plastics (file pdf) memprediksi pada tahun 2050 di lautan akan lebih banyak jumlah limbah plastik daripada ikan yang hidup di dalamnya.

Laporan tersebut disusun WEF bersama Ellen MacArthur Foundation, dengan dukungan analitis dari McKinsey & Company, sebagai bagian dari Project MainStream. MAVA Foundation memberi dukungan dana untuk proyek tersebut.

Saat ini diperkirakan terdapat 150 juta ton plastik di seluruh lautan. Bila ini dibiarkan maka pada 2025 akan ada satu ton sampah plastik berbanding tiga ton ikan hingga akhirnya pada 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan.

Petugas Dinas Kebersihan Kabupaten Badung mengumpulkan sampah yang berserakan setelah perayaan Tahun Baru 2016 di Pantai Kuta, Bali, Jumat, 1 Januari 2016.
© Johannes P. Christo /Tempo

Faktanya, menurut CNN, hanya 14 persen kemasan plastik yang dikumpulkan dan di daur ulang. Guardian menambahkan dari jumlah yang dikumpulkan itu hanya 5 persen plastik yang bisa didaur ulang secara efektif, sementara lebih dari 40 persen berakhir di tumpukan sampah. Sepertiga lainnya bertebaran dalam ekosistem yang rentan seperti lautan.

"Setelah hanya sekali digunakan, sebanyak 95 persen dari kemasan plastik senilai USD80 juta hingga USD120 juta hanya menjadi sampah yang tidak bisa didaur ulang di alam, terutama lautan," kata WEF dalam laporannya seperti ditulis CNN, Selasa (19/1).

Laporan ini dibuat berdasarkan wawancara dengan lebih dari 180 ahli dan 200 analis.

Tangkapan layar infografik pertumbuhan jumlah produksi plastik dunia.
© World Economic Forum

Mereka memperkirakan bahwa 2050 mendatang, jumlah plastik yang diproduksi secara global meningkat tiga kali lipat menjadi 1.124 juta ton.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa fragmen-fragmen kecil plastik, yang disebut mikroplastik, banyak terdapat di dasar lautan. Dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan belum diketahui.

WEF menyebut, satu-satunya cara untuk menghindari bencana banjir plastik adalah dengan penyerapan dan daur ulang. Pemerintah di tiap negara bisa memberi insentif pada orang-orang yang mengumpulkan sampah plastik dan daur ulang.

Selain itu, pemerintah di tiap negara juga bisa meningkatkan infrastruktur pengumpulan sampah untuk mencegahnya bocornya limbah plastik ke alam.

Comments

Popular posts from this blog

Tip sukses menghasilkan uang dari rumah

Philosophy of Borobudur

Cegah bau apek pada pakaian saat musim hujan