Musik dapat memengaruhi aktivitas belanja


Musik bukan sekadar alunan nada dan rangkaian kata. Musik erat hubungannya dengan inspirasi, nostalgia, dan menurut pakar serta riset, belanja.

Jangan kira musik di toko serba ada tak punya pengaruh pada pengalaman belanja Anda. Diam-diam, banyak jenama dan peritel yang menggunakan musik sebagai senjata rahasia.

Bagaimana sebenarnya sampai musik bisa memengaruhi keputusan Anda dalam membelanjakan uang? Berikut kami sarikan dari pemaparan Stylist.

Musik merupakan unsur penting bagi sebuah bisnis, seperti dikatakan pakar dan pemerhati retail Inggris, Mary Portas. "Musik meningkatkan dan mampu mengubah suasana hati. Musik dapat menciptakan atmosfer," jelasnya.

Setali tiga uang, Joel Beckerman, penulis The Sonic Boom: How Sound Transforms The Way We Think, Feel And Buy mengungkap alasan sederhana mengapa musik jadi penting dalam sebuah bisnis.

"Kita merespons suara lebih cepat dari indra lain. Suara adalah penentu pengalaman. Kita memahami apa yang kita lihat, rasakan, dan bau berdasarkan apa yang kita dengar," urai Beckerman.

Dengan kekuatan emosional yang dimiliki musik, tak heran jika banyak peritel menganggapnya penting. Mereka benar-benar memikirkan jenis musik yang diputar di toko.

Tak sekadar menyusun daftar lagu tahunan, atau musiman, kini banyak peritel yang punya daftar lagu spesifik menurut hari, bahkan jam. Penyusunannya disesuaikan dengan pola transaksi yang terjadi.

"Musik yang lebih lembut biasanya diputar di pagi hari. Lalu temponya meningkat secara berkala sejalan dengan makin sibuknya toko," jelas direktur kreatif Music Concierge, Rob Wood.

Bukti lain yang menunjukkan betapa kuat pengaruh musik dalam hidup juga dijelaskan Julian Treasure. Penggede The Sound Agency ini memaparkan bagaimana musik memengaruhi kita dalam empat hal.

"Secara fisiologis, musik mengubah detak jantung dan napas. Secara psikologis suara memengaruhi emosi dan suasana hati. Secara kognitif, suara memengaruhi seberapa baik kita memproses informasi. Dan yang terpenting, musik memengaruhi perilaku seseorang," papar Treasure.

Karenanya, saat konsumen merasa lelah dan stres mereka cenderung enggan belanja. Banyak peritel tidak mempertimbangkan bagaimana bunyi jenama mereka terdengar. Padahal kita hidup dalam dunia lima indra, bukan hanya satu.

Musik yang keras, berirama cepat membuat konsumen senang. Karenanya mereka jadi tak terlalu kritis, dan mengkhawatirkan harga barang.
Dr Dimitrios Tsivrikos di University College London

Gagasan tersebut tampaknya didukung riset-riset terkini. "Telah terjadi peningkatkan dalam studi saraf yang melihat pengaruh musik pada otak dalam satu dekade terakhir," ujar David Greenberg, psikolog musik di University of Cambridge.

Salah satu temuan besar riset tersebut adalah bahwa musik mengaktivasi area imbalan dan kenikmatan. Misalnya nukleus accumbens dan amygdala di mana aliran neurotransmiter dopamin diatur.

Jadi jika mendengarkan musik melepaskan dopamin atau hormon bahagia, apakah sebuah toko hanya perlu sekadar memutar musik dengan ritme bersemangat agar konsumen merasa bahagia?

Tidak menurut Greenberg. Ia telah membuktikan bagaimana aktivitas otak berbeda bagi orang-orang dengan preferensi musik yang bervariasi.

Misal, orang dengan otak 'empati' lebih suka musik melankolis yang memiliki kedalaman emosi. Sementara orang dengan tipe otak yang lebih 'sistematik' memilih musik kompleks, intens dan positif.

Menurut Beckerman, untuk dapat memengaruhi niat belanja konsumen, musik yang diputar sebuah toko perlu merefleksikan identitas toko. Oleh sebab itu setiap toko perlu melakukan pendekatan berbeda, tergantung pada basis konsumennya.

Sebuah riset dari Texas Tech University pernah memutar musik klasik dan musik Top 40 pada hari yang berbeda di sebuah toko wine. Terbukti, pada hari-hari diputarnya musik klasik, konsumen membeli jenis anggur lebih mahal.

"Toko-toko barang premium juga ingin orang berada di toko mereka lebih lama. Jadi musik yang diputar juga harus menggambarkan pemosisian tersebut," Wood menjelaskan.

Riset lain oleh Professor Richard Yalch dan Dr Eric Spangenberg membandingkan dampak memutar musik berirama tenang dan musik Top 40. Di sini terlihat ada perbedaan antara preferensi usia dan pilihan musik.

Konsumen yang berusia di bawah 25 tahun cenderung ingin cepat-cepat meninggalkan toko saat musik berirama pelan diputar. Sementara konsumen di atas 25 tahun tak suka musik Top 40.

Musik dengan tempo cepat namun pantas membantu memosisikan orang-orang dalam kondisi bergegas. Jadi jika ingin membuat orang membuat keputusan dengan cepat, ritme musik yang bersemangat adalah yang terbaik.

Psikolog konsumen Dr Dimitrios Tsivrikos dari University College London sepakat. "Musik yang keras, berirama cepat membuat konsumen senang. Karenanya mereka jadi tak terlalu kritis, dan mengkhawatirkan harga barang," jelas Tsivrikos.

Dapat disimpulkan bahwa musik adalah alat vital dalam menciptakan atmosfer tepat untuk sebuah jenama.

"Musik adalah juga merupakan bagian dari identitas jenama (brand) sebagaimana halnya nama atau dekorasi, dan berperan penting dalam keterlibatan konsumen," ujar Paul Clements, direktur komersial PRS for Music.


Para perancang pun mengamininya. Vivienne Westwood bilang, jika musiknya tidak tepat, orang-orang juga tidak dalam suasana hati yang tepat. Henry Holland menyatakan, musik menciptakan atmosfer dalam sebuah pergelaran busana.

Satu jenama yang inovatif dalam hal memanfaatkan kekuatan musik di bisnis retail adalah Burberry. Lewat Burberry Acoustic, mereka memamerkan musisi kekinian di situs resmi.Mulberry juga salah satu jenama yang mengakrabi musik. Ini terbukti dari kolaborasi mereka dengan Ellie Goulding dan Lana Del Rey.

"Jika Anda memutar musik, Anda mungkin dapat memengaruhi perilaku belanja orang-orang," tutur Beckerman.

Soal pilihan musik. Untuk jenama tak masif, lagu-lagu Top 40 mungkin tak selalu bisa jadi pilihan. Karena walaupun mudah dikenali, secara umum dapat dinikmati, lisensinya lebih sulit didapatkan. Demikian dijelaskan Dr Daniel Mullensiefen dari Goldsmith College.

"Musik yang tak dikenal bisa jadi lebih baik dalam mencipta atmosfer spesifik. Namun dibutuhkan ahli berpengalaman untuk mengkurasi daftar lagu yang efektif, atau suara susasana untuk tempat-tempat komersial," kata Mullensiefen.

Ibarat sebuah formula, agar bisnis bisa berjalan dengan baik jenama memerlukan kelengkapan. Musik adalah unsur yang dapat membuat sebuah jenama karib dengan konsumen pun sebaliknya.

Bagi para pehobi belanja, tak usah heran jika saat masuk toko Anda tak berniat belanja. Tau-tau Anda keluar menenteng sekantung penuh baju baru. Bisa jadi itu pengaruh musik.

Comments

Popular posts from this blog

Philosophy of Borobudur

Mengajari bayi makan sendiri

Cegah bau apek pada pakaian saat musim hujan